Air
Tersedia Dalam Tanah untuk Tanaman
Air
yang ada di dalam tanah kadang-kadang berlebihan sehingga menggenang hingga di
permukaan tanah dan akhirnya mengalir serta menyebabkan terjadinya erosi (http://winarsosugeng.blogspot.com/2012/03/dasyatnya-dampak-erosi.html);
akan tetapi di kondisi lain air yang ada di dalam tanah tidak dapat digunakan
tanaman, karena tanaman tidak mampu mengambilnya atau menyerapnya. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak semua air yang ada di dalam tanah dapat dimanfaatkan
oleh tanaman, baik kondisi berlebihan atau sedikit.
Sekilas
gambaran perilaku air yang masuk dalam sistem tanah (Gambar), misalnya oleh
hujan atau pengairan yaitu air masuk dalam tanah melalui pori-pori tanah. Apabila
air terus bertambah, maka pori-pori yang ada dalam tanah akan terus menerus
diisi oleh air tersebut. Masuknya air dalam pori-pori tanah tersebut
menyebabkan udara yang ada dalam tanah akan terusir keluar dalam sistem tanah.
Sudah barang tentu perginya udara tanah tersebut menuju atmosfer. Air yang
masuk ke dalam tanah tersebut akan mengisi pori-pori yang diameternya lebih
kecil dulu dibandingkan dengan yang diameternya besar. Akan tetapi, mulai
masuknya ke dalam pori tanah melalui pori-pori yang besar, baru akan mengisi
dan menetap pada pori yang lebih kecil. Mengapa demikian? Hal ini sangat erat
hubungannya dengan gaya tarik bahan-bahan tanah (pasir, debu, dan klei) atau
dalam ilmu tanah disebut tegangan lengas tanah. Semoga pada kesempatan lain akan
dibahas lebih detail.
Berdasarkan ketersediaan air tanah
terhadap tanaman, air dikelompokkan menjadi air grafitasi, air kapiler, dan air
higroskopis. Air gravitasi adalah bagian dari air tanah yang tidak dapat
ditahan oleh tanah dan mengalir secara bebas ke bawah karena pengaruh gaya
gravitasi (Gambar pada tanah jenuh). Air yang mengalir ke bawah ini
sebagian besar berasal dari dalam pori-pori diameter besar. Air kapiler adalah
bagian air tanah yang ditahan oleh tanah, yang berada di antara kondisi kapasitas
lapang dan koefisien higroskopis. Jumlah air yang ditahan oleh tanah
setelah air gravitasi habis disebut air kapasitas lapang, yang besar tegangan lengas tanah sekitar 1/3 atmosfer.
Kondisi ini bisa tercapai selama 12-24 jam setelah tanah jenuh. Koefisien
higroskopis adalah suatu keadaan dimana air tanah mulai kehilangan sifat-sifat
cairan, dan ditahan oleh tanah dengan tegangan sampai 31 atmosfer (Gambar tanah
kering). Air higroskopis adalah bagian air yang ditahan oleh tanah setelah
dicapai koefisien higroskopis. Air higroskopis ini terjadi karena ada gaya
kohesi dan adhesi pda lapisan tipis air yang menyelimuti partikel-partikel
tanah dengan tegangan di atas 15 atmosfer.
Berdasarkan gambaran di atas maka
ketersediaan air di dalam tanah dapat dikelompokan menjadi air tersedia dan
tidak tersedia. Air tersedia adalah air yang berada di antara kondisi kapasitas
lapang dan titik layu permanen (Gambar hubungan ketersediaan air dengan tekstur
tanah); sedangkan air tidak tersedia adalah bagian air tanah yang termasuk air
grafitasi dan air pada kondisi di bawah titik layu permanen. Air grafitasi
tidak dapat digunakan tanaman karena hilang atau terdraenasi oleh gaya
grafitasi, sedangkan air pada kondisi titik layu permanen ditahan oleh tanah
dengan tegangan yang sangat besar sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman.
Air ini bisa dihilangkan melalui pengeringan (oven) pada suhu 1050C.
Sekarang
bagaimana kita dapat mengetahui berapa air tersedia di dalam tanah, sehingga
kita dapat mengaturnya untuk mendapatkan kondisi tanaman selalu tidak
kekurangan air dan di sisi lain air tidak banyak terbuang?
Sebagai
contoh data hasil penelitian hubungan ketersediaan air dengan tekstur tanah seperti
dalam Gambar di atas. Berdasar gambar di atas garis coklat adalah hubungan
antara kadar air tanah (Cm air/m tanah) dengan tekstur tanah (pasir hingga
liat). Berdasarkan hubungan ini menunjukkan bahwa tektur tanah makin halus
(makin liat), kadar air tanah makin besar. Untuk tekstur tanah lempung berdebu
kadar air kapasitas lapang sebesar 40 cm air/m tanah atau 40%. (Mengapa cm
air/m tanah sama dengan %?. Hayo dicari sendiri). Hal yang sama, kadar air
tanah pada kondisi titik layu permanen untuk tekstur tanah lempung berdebu sebesar
14,5 cm air/m tanah atau 14,5%. Berdasarkan gambar dan penjelasan sebelumnya
dikatakan bahwa air tersedia tanah yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman adalah
kadar air antara kapasitas lapang hingga titik layu permanen (Gambar di atas yang diarsir). Oleh
karena itu, air tersedia untuk tektur tanah
lempung berdebu adalah 40-14,5 = 25,5 cm air/m tanah atau 40-14,5 = 25,5%
(Jangan lupa satuan harus dicantumkan dan lengkap). Mudah kan….
Oke,….
Bagaimana kalau latihan menghitung untuk tekstur tanah lainnya dan coba
bandingkan air tersedia pada tekstur tanah yang berbeda tersebut. Tekstur tanah
yang mana yang paling besar air tersedianya, demikian untuk yang terkecil.
Kalau berbeda apakah kita harus memperlakukan pengairan untuk tanaman dengan
cara yang sama? Selain itu, bagaimana hubungannya dengan erosi, khususnya saat
hujan lebat turun? He..he..he.. bisa menjadi diskusi menarik ya…
Selamat
belajar dan diskusinya ditunggu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar