Minggu, 13 Februari 2011

Sejarahnya


 Jauh di sebuah kota kecil tepatnya sebelah selatan kota Madiun yaitu Ponorogo, lahirlah seorang anak laki-laki mungil dari seorang ibu dari keluarga yang sangat sederhana. Tangisan bayi yang begitu nyaring menambah keceriaan dalam keluarga tersebut, yang sebelumnya sudah dikaruniai seorang putra. Hari-hari pun dilalui dengan tangis dan tawa, dan hal itulah yang menjadi semangat dari ayah dan ibu untuk semakin rajin bekerja tanpa pernah mengeluh sedikitpun. 

Bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, si kecil tumbuh menjadi seorang anak yang lincah dan ceria. Gambaran sempurna anak yang mendapatkan kasih sayang total dari kedua orantuanya terpancarkan sepanjang waktu. Seolah dimatanya tak pernah terpancar kesedihan sedikitpun. Kesenangannya terhadap dunia ketrampilan seolah menutup mata hatinya akan ketidakmampuan orang tua untuk memenuhi keinginannya. Tekad itu bisa dia buktikan dengan menghasilkan beberapa karya seni seperti lukisan dan pahatan. 

 Lenon, J. 1997
 Horses. 1999
 Roses. 1999
Dalam interaksinya dengan lingkungannya, menjadikan si anak makin berwarna, perbaduan putih, hitam, kuning, dan merah; sehingga pernah terpikir dalam benaknya mengapa dia harus punya orang tua seperti ayah dan ibu, mengapa tidak menjadi anak orang lain yang dalam pandangan seorang anak kecil tentu saja dilihat dari materi, kenampakan dunia. Mengapa harus laki-laki, mengapa di lahirkan di kota kecil, dan banyak pertanyaan terus muncul walaupun belum menemukan jawabannya.

Jangan ditiru…..
Cukup nakal karena pernah mengambil hak orang lain (khususnya ortu). Dalam hal ini, yang tidak bisa dilupakan adalah mengambil ketela rambat yang belum dipanen, walaupun tidak sempat mendapatkan umbinya; tetapi berpengaruh besar, karena ketahuan dan dilaporkan pada ortu dan dihajar (saat ini hal tersebut bisa dipahami karena ortu sangat malu).

Saat ini si kecil tersebut sudah besar dan punya tiga anak dan bekerja sebagai dosen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar